25 Juli 2015

Mengenang Kehamilanku yang Pertama

Tespek itu menampilkan hasil dua garis yang samar. Ini hamil ga ya? Saya dan MasRoy sama-sama bingung, ah kalo gitu kita ke bidan aja deh buat diperiksa. Kata bidan, saya hamil. Alhamdulilah ;) seneng plus deg2an dengernyaa.. Maklum waktu itu kami baru dua bulan menikah, ga nyangka aja bakal diamanahi anak secepat itu.. Dan perjuangan pun dimulai..

Sejak awal kehamilan saya sempat beberapa kali mengalami flek, tapi dokter menyatakan kandungan saya baik2 saja. Kesalahan saya waktu itu adalah kontrol bulanan kehamilan hanya di bidan saja.. Yaa kalo diperiksa di bidan kan 'cuma' diperiksa berat badan, tekanan darah, detak jantung bayi didengarkan lewat dopler dan perut diraba saja.. Kemudian di usia kehamilan 24 minggu saya flek lagi. Langsung deh maksa MasRoy buat periksa ke dokter.. Ternyata dokter bilang cervix atau mulut rahim saya sudah terbuka selebar 1cm, dalam kata lain saat itu saya sudah mengalami pembukaan 1. Padahal normalnya kan pembukaan itu saat uk minimal 37minggu. Dokter pun menyarankan operasi cerclage dengan segera untuk mencegah kelahiran prematur.

Operasi cerclage dilakukan pada usia kehamilan 25minggu dan selanjutnya saya bedrest. Tapi Allah berkehendak lain. Di usia kehamilan 28 minggu, ketuban mulai rembes. Sepanjang malam saya mesti menahan mules yang ternyata itu kontraksi disertai keluarnya ketuban sedikit demi sedikit. Paginya saya langsung masuk UGD kemudian dipindahkan ke ruang observasi persalinan. Dokter menterapi saya dengan anti kontraksi dan suntik pematangan paru untuk berjaga-jaga bila bayi mesti dilahirkan prematur. Setelah dua hari diobservasi, leukosit saya meningkat menandakan adanya infeksi dan kehamilan saya harus dihentikan sebelum infeksinya menjalar hingga janin saya..  Obat anti kontraksi pun diganti dengan induksi.. 6 jam setelah diinduksi, bayi saya lahir dengan berat 1000 gram dan panjang 37cm.. Lahir tanpa bernafas membuat bayiku mesti segera dibawa ke NICU.. Bayi kecil itu kami beri nama Muhammad Aufa Ghaisan.

Dua hari setelah melahirkan, saya diizinkan untuk pulang tetapi Aufa masih berjuang di NICU. Akibat lahir prematur, paru-parunya belum siap untuk bernafas sehingga ia masih membutuhkan ventilator yang memasok oksigen untuk tubuhnya.. Setiap hari saya datang menjenguk Aufa sambil membawa ASI yang saya perah di rumah. Jadwal menjenguk NICU hanya dua kali, pukul 10 pagi dan pukul 17. Biasanya saya datang ke rumah sakit jam 10, kemudian menunggu dokter visit Aufa yang biasanya datang setelah zuhur kemudian menunggu lagi sampai pukul 16 untuk melihat Aufa lagi baru kemudian saya pulang. Sambil menunggu itu saya juga tetap memerah ASI.

Di hari ke 5 Aufa mulai minum ASI yang saya bawa, mulai dari 2ml x 6 perhari hingga 10ml x 6 perhari. Aufa minum melalui sonde yg dipasang di hidungnya. Beratnya pun bertambah menjadi 1200gram. Kami merasa selalu ada harapan AUfa bisa sembuh dan saya akan segera menggendongnya. Dokter melakukan berbagai tes pada Aufa di antaranya: ronsen paru-paru tiap 3hari, echo jantung, usg kepala dan beberapa kali tes darah. Jantungnya bagus tidak ada masalah. Di kepalanya ada sedikit cairan tapi kata dokter masih bisa normal dengan sendirinya, sedangkan hbnya di bawah standar. Aufa pun beberapa kali ditransfusi darah.

Hari ke 14, dokter mencoba mengurangi ketergantungan Aufa akan ventilator, yang tadinya langsung memasok ke paru-paru, kali ini oksigen hanya dilewatkan saja, dengan harapan mampu meningkatkan kerja paru-paru Aufa hingga ia dapat bernafas sendiri.. Ternyata keadaannya makin memburuk.. Ventilator pun kembali ke fungsi asal bahkan saturasi dinakkan hingga 90%. Masalah berikutnya datang lagi, cairan di kepala Aufa bertambah. Kepala yang tadinya bulat itu terlihat semakin lonjong, ia semakin mirip MasRoy. Setelah dilakukan usg kepala ternyata benar cairan yg seharusnya bisa diserap tubuhnya malah semakin bertambah, hydrochepalus.
Dada Aufa naik turun teratur..tapi bukan karena ia bernafas. Jantung yang biasanya berdetak dengan teratur, perlahan-lahan menurun.. Saya meminta izin pada dokter untuk menggendong Aufa dan dokter mengizinkannya..
Di hari ke 19, untuk pertama kalinya saya menggendong Aufa, anakku yang pertama. Tubuhnya yang ringan kucium dan kusematkan segala doa kebaikan untuknya. Semenit yang amat berharga. Setelahnya saya menangis dalam pelukan MasRoy..


1 komentar:

  1. Halo Rahmah, saya juga periksa di dr. Upik Hermina Grand Wisata.

    Saya boleh minta kontak kamu? Saya mau tanya" tentang dokter dan biaya kontrol disana.

    BalasHapus